"Yang bukan siapa-siapa, mana bisa dapet apa-apa" Kata-kata itu gue ambil dari film marmut merah jambu yang belum lama ini gue tonton. Di film itu dika adalah orang yang gak terkenal disekolahnya bahkan kepala sekolah pun gak kenal sama dia, di film itu dika menyukai cewek yang cantik yang cukup populer. Nah di film itu ada seorang guru olahraga yang menyukai guru sejarah yang cantik, guru olahraga itu bilang ke dika, "dulu ibu itu adalah gebetan saya , tapi sayang sekarang dia udah nikah sama bassis terkenal di jaman saya dulu, memang ya nak, yang bukan siapa-siapa, mana bisa dapet apa-apa". setelah guru itu bilang seperti itu dika dan temannya, bertus, berusaha untuk menjadi populer agar bisa mendapatkan cewek idamannya itu. Setelah nonton film itu gue berfikir, problem dika di film itu sama yang kayak gue rasain, kenapa gue gak bisa dapetin dia ? Mungkin gue kurang berusaha. kenapa dia memilih orang yang padahal awalnya dia gak suka ? Mungkin dia lebih populer. Kenapa gue item ? oke abaikan pertanyaan terakhir ini.
Rata-rata cewek suka cowok yang populer, ya memang gak semua, tapi rata-rata cewek suka cowok yang bisa dibanggain. anak band,anak motor,anak gaul,anak mama pokoknya banyak deh. Tapi biasanya di kalangan mahasiswa cowok yang populer biasanya anak organisasi contohnya himpunan mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa dan komunitas mahasiswa. Biasanya anak organisasi biasa ngehandle acara dan biasanya anak organisasi dikenal sama mahasiswa-mahasiswa yang ikut acara tersebut. Apalagi ketua organisasi seperti ketua himpunan, gubma , presma. Biasanya orang-orang seperti itu mudah untuk mendapatkan cewek pujaannya. Dan gue terlambat masuk organisasi, gue masuk organisasi di semester 4 ini, sedangkan di semester 1 dan 2 gue sama sekali bukan siapa-siapa di kampus. Saat gue deketin cewek yang gue suka di semester 1 saingan gue banyak banget, dan rata-rata saingan gue anak organisasi yang cukup terkenal, sedangkan gue adalah orang yang terkenal sebagai orang yang gak terkenal.
Cewek yang gue suka saat itu pernah bilang ke gue, "eh aku gak seneng cowok itu ngedeketin aku, dia ngajak foto-foto gitu pas seminar, aku agak risih gitu" dua minggu dari dia ngomong gitu, dia jadian sama cowok itu. gue gak tau kepalanya terbentur angkot jurusan mana, hingga dia lupa kalo dia pernah bilang kayak gitu ke gue. Semenjak dari itu gue gak mudah percaya sama orang, misal temen gue bilang dia laki-laki gue harus mastiin 2 minggu berikutnya apakah dia memang masih laki-laki apa enggak, misalnya lagi temen gue ngomong minggu depan ada tugas, gue harus mastiin 2 minggu berikutnya, bener ada tugas apa enggak, akhirnya gue gak pernah ngumpul tugas dan nilai gue rata-rata C *nangisdipojokan. Kata-kata itu berbekas ke hati gue sama kayak paku yang di tancapkan ke kayu, walaupun pakunya di cabut tetep aja retakannnya kelihatan jelas.
Menurut gue yang bukan siapa-siapa bukannya gak bisa dapet apa-apa, tapi gak punya pilihan . Mencintai butuh perjuangan, gak mau berjuang, jangan mencintai. Kalo cuma nunggu, kita gak bisa memilih, tapi dipilih. Saran gue selagi bisa ikut organisasi, ikut deh, pengalaman itu mahal. Tapi bukan karena mau ngedapetin cewek gue masuk organisasi di semester 4, tapi karena gue percaya di dunia kerja nanti, relasi, pengalaman dan sedikit keberuntungan itu yang penting, orang yang cuma ngandalin ip biasanya gak punya semua itu. Dan gue gak mau saat lulus nanti gak punya pengalaman. Jadi menurut gue kuliah bukan cuma soal ipk tapi soal pengalaman sebagai modal yang akan gue terapkan nanti saat gue terjun ke masyarakat. Oke gue Absurd-man melaporkan dari sekret himpunan melaporkan terima kasih.
